Jakarta – Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait cawe-cawe dalam urusan pencalonan presiden dibolehkan asal demi kepentingan bangsa dan negara dikritik serta dipertanyakan oleh Politikus Partai Demokrat Benny K Harma.
Anggota DPR RI dapil Nusa Tenggara Timur (NTT) itu menyebut pernyataan Jokowi keliru. Sebagai kepala negara, Benny menegaskan Presiden mestinya bersikap netral. Menurutnya, jika demi kepentingan bangsa presiden boleh cawe-cawe, para aparatur sipil negara lain bisa menggunakan alasan serupa.
“Kalau kepala negara mau cawe-cawe untuk kepentingan bangsa dan negara ke depan alasan yang sama bisa juga digunakan oleh Kapolri, oleh Ketua MA, oleh Ketua MK, oleh Jaksa Agung, KPK, oleh BIN. Mau begitu semua? Apa semua begitu?” demikian kata Benny di kompleks parlemen, Selasa (30/5).
“Oleh sebab itu kami tetap punya pandangan presiden itu harus netral,” tuturnya.
Anggota Komisi III DPR itu mengaku tak mempermasalahkan jika Presiden memiliki preferensi politik untuk mendukung capres tertentu. Menurut dia, hal itu bisa dimaklumi sebab dia adalah petugas partai.
Namun, kata Benny, Presiden tak boleh menggunakan aparatur negara untuk merealisasikan dukungan politiknya. Meskipun itu demi kepentingan bangsa dan negara.
“Jadi tidak boleh menggunakan aparatus negara untuk mewujudkan kepentingannya, tidak boleh menggunakan aparatus negara untuk membatasi, menghalang-halangi dan menyingkirkan calon-calon presiden atau wakil presiden yang bukan pilihannya,” sebut Benny.
Benny menyebut Presiden harus menjaga iklim demokrasi agar terus sehat dan tak memanfaatkan alat negara untuk mendukung preferensi politik pribadi.
“Meskipun dia tidak dukung harus menyerahkan sepenuhnya kepada rakyat untuk menentukan dan memilih. Dan dia harus menjaga iklim yang sehat itu,” ujarnya.
Presiden Jokowi sebelumnya mengakui dirinya melakukan bahwa cawe-cawe dalam politik. Namun, dia bilang itu dilakukan demi kepentingan negara.
Jokowi mengklaim cawe-cawenya demi kepentingan negara, agar pembangunan tetap berlanjut meskipun ada transisi kepemimpinan.
“Cawe-cawe untuk negara, untuk kepentingan nasional. Saya memilih cawe-cawe dalam arti yang positif, masa tidak boleh? Masa tidak boleh berpolitik? Tidak ada konstitusi yang dilanggar. Untuk negara ini, saya bisa cawe-cawe,” pungkas Jokowi saat menjamu sejumlah pemimpin redaksi media massa di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (29/5).